SEJUMLAH talenta prestatif tak sedikit bermunculan dari Kabupaten Garut, salah satunya di bidang olah raga. Dari beberapa cabang olah raga (Cabor) yang ada, catur adalah cabor yang dinilai sangat minim perhatian dari pemerintah. Miniminya perhatian dari pihak terkait, khususnya Pemkab Garut, belum lama ini diakui oleh salah seorang atlit catur prestatif.
Keluhan minimnya perhatian pemerintah ini disampaikan oleh dua orang warga yang behasil meraih medali perak dalam kejurda di Bogor, baru bau ini.
Ida Setianingsih (37) yang merupakan orang tua atlit catue mengaku, saat ia mengantar anaknya Qhirul Nazaha Dikrulloh (7) yang mewakili Kabupaten Garut pada kejurda catur yang berlangsung di Bogor, pada bulan Mei 2016 lalu. Ida menceritakan bagaimana susahnya saat mengikuti kejurda catur selama 6 hari itu.
“Saya sempat merasa iri pada kontingen dari kota lain. Fasilitas yang mereka dapatkan jauh berbeda dengan kontingen dari Garut. Mereka diberikan tempat menginap dan transportasi dari Pemkab nya. Kami hanya naik bis, dan berjalan sejauh 5 kilo meter untuk bisa mencapai lokasi. Bahkan makanan pun kami diberi makanan sisa oleh kontingen lain. Pokonya asa disapirakeun jadi atlit Garut mah,” kisahnya.
Diakuinya, dari awal keberangkatan, harus menggunakan dana pribadi, karena pengurus Percasi Garut tidak mempunyai biaya. Walau dengan keterbatasan, semua atlet dan kontingen tetap mengikuti kejurda hingga bisa mendapatkan medali yang membawa nama baik Kabupaten Garut.
Hal senada disampaikan Edi Sumpena (54) yang juga mempunyai anak beprestasi sebagai atlit catur juga. Selain menceritakan kesedihan saat mengikuti kejurda, seperti kesulitan mencari tempat menginap karena tidak mempunyai biaya. Edi mengakui, jika ada pengurus Percasi Kabupaten lain yang ingin memboyong ke dua atlet berprestasi asal Garut untuk di berikan beasiswa. Kendati demikian, dirinya bersikukuh akan tetap membela nama baik Garut. Bahkan, Edi yang diwawancarai di halaman kantor Bupati Garut, tetap berterima kasih kepada KONI Garut yang sudah memberikan partisipasi seadanya, Rabu (2/11/2016).
“Ya, saat pulang, kami diberikan uang masing-masing Rp 200.000 kepada 5 atlit oleh pengurus Percasi, sebagai uang pengganti yang dikeluarkan para oficial dan atlet yang bertanding, dan itu sangatlah tidak cukup.” Ungkapnya.
Ida dan Edi, kini mengaku kebingungan, pasalnya pada tanggal 27 November 2016 anak anaknya akan menghadapi kejuaraan nasional catur di kota Depok. Sampai saat ini, 2 atlet junior yang akan mengikuti kejurnas belum melakukan registrasi atau pendaftaran, padahal semua atlet dari kota lain sudah selesai.
“Kami berharap, anak anak kami, atlet yang telah mengharumkan nama baik Garut ini mendapatkan perhatian dari pemerintah,” harapnya. (Useu G Ramdani)***
Editor: Kang Cep.
The post